UN atau Ujian Nasional memang telah usai. Namun, pelaksanaan
UN membawa catatan tersendiri bagiku. Salah satu yang
menjadi catatan adalah hadirnya aparat kepolisian di sekolah untuk memantau dan
mengawasi pelaksanaan ujian. Menurutku, ini
terkesan sangat lebay. Kesannya kita ini kayak teroris atau
anggota perkumpulan sesat yang harus diawasi dengan ketat. Mungkin hanya di negara kita polisi dilibatkan secara langsung dalam
pelaksanaan ujian nasional.
Meskipun aku
tidak mengikuti ujian nasional, tetapi aku dapat merasakan ketidaknyamanan
kakak-kakak kelasku yang sedang mengikuti ujian. Dan kalau itu terjadi padaku, mungkin hal
tersebut bisa mengurangi konsentrasiku
dalam mengerjakan soal-soal UN. Melihat
polisi aja aku sudah grogi apalagi harus berhadapan di sekolah saat aku
mengerjakan soal-soal ujian nasional.
Ujian Nasional memang
harus dijaga dengan ketat. Tetapi
keterlibatan polisi di sekolah meskipun tidak masuk ke dalam ruang ujian, tidak
bisa diterima. Apa memang polisi tidak ada kerjaan. Tapi itu juga tidak
mungkin, karena aku pernah dengar di televisi bahwa personel kepolisian di
Indonesia masih kurang banyak dibandingkan dengan pekerjaan yang harus
dikerjakannya. Jadi, ddngan mengawasi
ujian sebenarnya polisi telah menelantarkan pekerjaannya.
Tapi itu semua
terjadi juga karena kesalahan kita sendiri. Ketidakjujuran dalam pelaksanaan UN
yang dilakukan oleh panitia, pengawas maupun peserta termasuk kebocoran soal
terjadi di mana-mana merupakan penyebab pak Polisi hadir di sekolah kita. Di kalangan siswa sendiri perilaku mencontek
adalah perilaku biasa untuk mendapatkan nilai bagus tanpa mau belajar. Adanya pengawasan silang serta soal yang
paket nya berbeda-beda tidak
mempunyai pengaruh bagi siswa karena
mereka selalu mencari cara untuk bisa contekan.
Sebenarnya ,
tanpa pengawasan dari pihak kepolisian, kejujuran dalam UN
bisa dijamin. Itu semua tergantung dari niat dan keinginan siswa sendiri. Niat
adalah hal yang paling penting. Jarena kalau siswa sudah mempunyai niat yang
baik maka meskipun ada kesempatan untuk tidak jujur, dia tidak akan
mempergunakannya. Tetapi kalau niatnya memang tidak jujur maka meskipun tidak
diberi kesempatan untuk itu. Siswa akan tetap mencarinya. Maka rasanya percuma
sekolah 3 tahun dan menghabiskan dana yang tidak sedikit kalau ternyata
ujung-ujungnya kita hanya pintar mencontek.
Maka, soal ujian
yang paling berat yang dihadapi sebenarnya bukanlah soal mata pelajaran matematika atau yang
lainnya, melainkan, niat yang tulus
untuk berlaku jujur. Kalau kita telah mempunyai niat yang baik dan telah
berlaku jujur, maka hakekatnya kita telah memperoleh kelulusan meskipun hasil
dari ujian berupa mengerjakan soal tidak baik-baik amat.
Artikel ini dibuat untuk menyelesaikan dan mengikuti lomba blog yang diadakan oleh HMPS TI Unikama
Artikel ini dibuat untuk menyelesaikan dan mengikuti lomba blog yang diadakan oleh HMPS TI Unikama
+ komentar + 2 komentar
Sudahkah adminnya jujur juga?? Hehehe
Bagus bagus :D
insyaallah sudah... :D
Posting Komentar