Dalam hidup, kebahagiaan memang tidak punya harga karena tidak ada harga
yang pantas bagi kebahagiaan. Harta yang melimpah ruah sekalipun, tidak akan
mampu membeli kebahagiaan. Kebahagiaan adalah hadiah dari Tuhan bagi setiap
makhluknya. Dan oleh karena Tuhan
pemilik semua harta benda, maka Dia tidak butuh harta benda sebagai penukar
kebahagiaan. Kebahagiaan itu diberikan kepada Tuhan bagi siapa saja yang memang
pantas diberinya kebahagiaan, tidak
peduli dia berharta atau tidak.
Bicara tentang harta dan kebahagiaan ada kisah nyata tentang seorang wanita yang tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dengan harta yang dimilikinya. Wanita itu bernama Oei Hui Lain. Oei Hui Lan adalah putri seorang raja gula di Pulau Jawa. Dia anak kedua dari istri sah Oei Tiong Ham yang merupakan orang terkaya se-Asia Tenggara pada abad ke 18, sekaligus pendiri perusahaan multinasional pertama di Asia Tenggara. Selain dijuluki sebagai raja gula, Oei Tiong Ham juga dikenal sebagai pemimpin masyarakat Tionghoa di Semarang. Perusahaan yang didirikannya sampai saat ini masih ada dan berpusat di Belanda, dikelola oleh anak bungsunya yang bernama Oei Tjong Tjay.
Oei Tiong Ham dan keluarga besarnya tinggal di kawasan Semarang, di
rumah megah dengan luas sekitar 9,2 H. Rumah
itu beraksitektur gaya Italia dengan 200 ruangan, villa pribadi, kebun
binatang, bioskop pribadi, dan masih banyak lagi fasilitas mewah. Tak heran,
jika mereka membutuhkan 40 pembantu, 50 tukang kebun, dan beberapa koki
terkenal dari Cina, Melayu, maupun Eropa. Di lingkungan itulah
Oei Hui Lan menikmati kehidupan glamor
dan berlanjut hingga ia menikah dengan Wellington
Koo, seorang diplomat yang menjadi tokoh revolusi di Cina.
Meskipun hidup dengan bergelimang harta, namun
Oei Tiong Ham merasa sangat kesepian di masa tuanya. Ia merasa keluarga besarnya tidak sungguh-sungguh
menyayanginya. Mereka hanya menginginkan hartanya. Hanya Oei Hui Lan lah
satu-satunya anaknya yang mencintai dan menyayanginya dengan tulus. Oleh karena
itu, harta warisan lebih banyak jatuh ke tangan Oei Hu Lan daripada anak-anak
lainnya.
Tapi, untung tak dapat ditolak malang tak dapat diraih. Meskipun telah diwarisi oleh harta yang
melimpah oleh ayahnya, Oei Hui Lan tidak merasakan kebahagiaan. Wellington Koo,
suaminya sering sellingkuh dengan wanita lain. Oei Hui Lain sendiri juga jatuh
dalam cara hidup yang boros sehingga harta yang melimpah isi dari ayahnya habis
ludes tanpa sisa. Oei Hui Lan kemudian menghilang tidak lagi terdengar kabarnya. Sementara itu, keluarganya tidak
memperdulikannya karena mereka juga sibuk bersengketa tentang harta peninggalan
Oei Tiong Ham. Konon, perselisihan itu sampai saat ini masih berlangsung.
Kisah nyata tersebut dapat kita ambil hikmah bahwa, kebahagiaan tak dapat dibeli
dengan harta. Karena kunci
kebahagiaan itu adalah cinta, syukur, dan mau memberi . Kesenangan yang
ditimbulkan oleh harta adalah kebahagiaan semu yang suatu saat akan hilang
seperti ungkapan “tak ada pesta yang tak berakhir.”
Posting Komentar